Entah saya harus sedih atau bahagia terhadap bangsa ini.

Sedih karena ketidakadilan, mayoritas dan minoritas, diskriminasi, dan manusia berotak sumbu pendek yang masih saja menguasai negeri ini. 

Pun saya bahagia karena masih ada sejumlah orang yang masih begitu mencintai negeri ini, memiliki harapan yang besar, dan tak patah semangat. 

Belum pernah saya patah hati terhadap bangsa saya.

Sebagian dari kami remuk hatinya. 

Kebanggan kami terhadap semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" seakan sirna.

Perbedaan semakin tidak dihargai, malah dimanfaatkan sebagai pemecah bangsa.

Entah bagaimana perasaan pejuang kemerdekaan bangsa ini saat melihat kondisi kami sekarang.

Ada yang sampai mati berjuang bersama dan menyatukan bangsa

Ada pula yang karena keegoisan dan ketamakannya memecah belah bangsa ini

Seakan kemajemukan yang dimiliki bangsa ini tidak ada artinya.

Belum pernah saya menangis untuk seorang yang bahkan saya tidak kenal, bahkan seorang politisi. 

Belum pernah saya amat terharu dan emosional saat mendengar lagu nasional dinyanyikan. 

Belum pernah saya begitu sedih melihat Pak Djarot yang menangis, entah menangis terharu, menangisi sahabatnya, atau menangisi negerinya. 

Tapi semua terjadi dalam hari-hari ini.

Saya patah hati, saya sedih. 

Tapi saya yakin ada maksud dibalik ini semua. 

Saya yakin akan ada kebahagiaan. 

Saya yakin ada pelajaran berharga bagi kami, rakyat Indonesia. 

Kemarin mungkin saya pesimis terhadap Indonesia, terhadap sebagian orang yang tidak punya hati, terhadap masa depan di mana kita ditindas oleh ketidakadilan dan diskriminasi. 

Tapi hari ini saya optimis, Indonesia masih punya rakyat yang mencintai negerinya, yang masih punya harapan terhadap bangsa ini. 

Mari tetap waras, kalau tidak negara ini akan diisi oleh orang-orang gila. Gila harta. Gila kekuasaan. Gila uang. 

Mari bergerak, jangan mau diam ditindas, jangan menyerah pada bangsa ini. 

Mari bergerak, untuk Indonesia yang lebih baik.

Mari tetap bangga pada negerimu, pada tanah air kita, tanah airku Indonesia